Masih Bertahan! Kesenian Kuda Lumping Irama Putra Magelang Sejak Jaman Kolonial.

Penampilan Kesenian Kuda Lumping Irama Putra diacara Nyadran 23/2/2025 di kampung Tulung Magelang.


Magelang 4 Maret 2025. Prapanca.world. Kesenian rakyat yang masih digemari sampai sekarang karena iramanya yang rancak membuat siapapun ingin bergoyang bila mendengar dan melihatnya.Berawal dari kecintaan pada seni pada masa itu, maka untuk menghilangkan kebosanan dan penderitaan para pengusi pada masa penjajahan Belanda didaerah Magelang maka para pejuang berusaha untuk meberi hiburan gratis untuk para pengungsi dengan membuat suatu perkumpulan kesenian yang diberi nama Kesenian Kuda Lumping Irama Putra. 

Menurut keterangan Mas Ageng Pras, dulu eyang saya yang bercerita kalau pada masa penjajahan tidak mudah untuk melihat kesenian, jadi para pejuang sahabat eyang dissekiran tahun 1940an sepakat membentuk kesenian Kuda Lumping untuk menghibur para pengingsi, yang kebetulan peristiwa itu terjadi di kampung Tulung kecamatan Magelang Tengah Kota Magelang,. Bahkan sampai sekarang lokasi dan bangunan dapur umum untuk pengungsi masih ada, tetap utuh seperti dulu tidak dirombak.

Kesenian yang berdiri sejak 55 tahun yang lalu itu diteruskan oleh cucunya eyang buyut Suratmin dan pak Abac seniman dari Kampung Dukuh dan Kampung Tulung. Masih sering tampil diberbagai acara hajatan kantor atupun ruwah desa di sekitaran Magelang, bahkan sebelum hari puasa Ramadan pun masih tampil pada acara nyadran di kampung Tulung pada tanggal 23 Februari 2025  di Punden Eyang Tunggul Wulung dan eyang  Drajat. 


Group Kuda Lumping Irama Putra terdiri dari anak anak muda. Magelang 2/3/2025.


Mas Ageng Pras sendiri dikenal sebagai seniman sejati mewarisi darah seni eyangnya. Jaman sudah berbeda dan kami harus fleksibel untuk semua genre seni, dari kesenian tradisonal yang memprihatinkan saat ini sampai seni modern, karena yang terjadi dilapangan, dari dinas hanya  melirik ketika kesenian itu telah terkenal, bagi kami eksistensi melestarikan lebih utama demi masa depan seni tradisional di negri ini.

Pelaku seni jarang dapat apresiasi dari pemerintah. Tidak lelah utk berjuang utk bs menghidupkan seni tradisonal, bs kita arahkan ke trend milenial.Diantara anak muda dalam group kami ada Septa dan Indra sebagai pelatih tari senior,anggota kami kami lebih banyak anak nuda,pungkasnya mengakhiri obrolan dengan koresponden kami.