Zaid bin Tsabit: Juru Tulis Wahyu dan Penyusun Mushaf Al-Qur’an

Poto Ilustrasi Zaid bin Tsabit: Juru Tulis Wahyu dan Penyusun Mushaf Al-Qur’an


1. Biografi Singkat

Zaid bin Tsabit bin Dhahhak Al-Najjari Al-Anshari lahir pada tahun 612 M di Madinah. Ia berasal dari suku Bani Najjar, yang merupakan salah satu suku dari kaum Anshar.

Ketika Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, Zaid masih berusia 11 tahun. Ia ingin ikut serta dalam Perang Badar, tetapi ditolak karena masih terlalu muda. Namun, karena kecerdasannya, ia kemudian mendapatkan peran besar dalam Islam sebagai juru tulis wahyu dan penerjemah Rasulullah ﷺ (id.wikipedia.org).


2. Peran Sebagai Juru Tulis Wahyu

Zaid bin Tsabit adalah salah satu penulis wahyu utama yang mencatat ayat-ayat Al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Selain menulis wahyu, ia juga bertugas menulis surat-surat Nabi kepada para raja dan pemimpin dunia pada masa itu.

Ia memiliki keahlian bahasa yang luar biasa. Ketika Rasulullah ﷺ meminta seseorang untuk mempelajari bahasa Ibrani dan Suryani, Zaid mempelajarinya hanya dalam waktu 17 hari dan kemudian menjadi penerjemah pribadi Rasulullah ﷺ dalam komunikasi dengan orang Yahudi dan bangsa lain.


3. Penyusun Mushaf Al-Qur’an

Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, Zaid bin Tsabit memainkan peran krusial dalam pengumpulan dan kodifikasi Al-Qur’an:

a) Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq

Ketika banyak penghafal Al-Qur'an gugur dalam Perang Yamamah, Umar bin Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Qur'an dalam bentuk mushaf. Abu Bakar awalnya ragu, tetapi akhirnya setuju dan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai ketua tim pengumpulan Al-Qur’an.

Zaid awalnya merasa tugas ini sangat berat dan berkata:

“Demi Allah, seandainya mereka membebankan kepadaku untuk memindahkan gunung, itu tidak lebih berat bagiku daripada tugas mengumpulkan Al-Qur’an.”

Namun, dengan penuh ketelitian, ia mulai mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an dari berbagai sumber: hafalan para sahabat dan catatan yang ditulis di tulang, kulit, dan pelepah kurma. Hasil kerjanya kemudian disimpan oleh Abu Bakar, lalu diwariskan kepada Umar bin Khattab dan kemudian kepada Hafshah binti Umar.

b) Masa Khalifah Utsman bin Affan

Ketika Islam menyebar ke berbagai wilayah, muncul perbedaan dalam cara membaca Al-Qur'an. Untuk menghindari perselisihan, Khalifah Utsman bin Affan membentuk tim kodifikasi Al-Qur'an yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit. Tim ini menyusun Mushaf Utsmani, yaitu versi resmi Al-Qur'an yang kemudian dikirim ke berbagai wilayah Islam.

Hasil kerja Zaid menjadi standar bacaan Al-Qur'an hingga sekarang.


4. Keilmuan dan Kedudukan dalam Islam

Selain sebagai penulis wahyu, Zaid bin Tsabit juga dikenal sebagai ulama besar dalam bidang fikih dan waris. Bahkan, Khalifah Umar dan Utsman sering meminta pendapatnya dalam urusan hukum Islam.

Ibnu Abbas pernah berkata:

“Zaid bin Tsabit adalah pemimpin ulama di Madinah.”

Ia juga menjadi salah satu mufti (pemberi fatwa) utama di Madinah setelah wafatnya Rasulullah ﷺ.


5. Wafatnya Zaid bin Tsabit

Zaid bin Tsabit wafat pada tahun 45 H (665 M) di Madinah pada usia sekitar 53 tahun. Ketika ia wafat, Abu Hurairah berkata:

“Hari ini telah wafat orang terbaik dari umat ini.”

Masyarakat Madinah sangat kehilangan seorang tokoh besar yang berjasa dalam kodifikasi Al-Qur'an dan ilmu fikih.


6. Kesimpulan dan Warisan

Zaid bin Tsabit adalah sosok yang sangat berjasa dalam Islam karena:
Menjadi juru tulis wahyu bagi Rasulullah ﷺ
Menguasai banyak bahasa dan menjadi penerjemah Nabi ﷺ
Memimpin kodifikasi Al-Qur’an pada masa Abu Bakar dan Utsman
Menjadi ulama besar dalam ilmu fikih dan waris

Karya dan dedikasinya dalam mengabadikan Al-Qur'an masih kita rasakan manfaatnya hingga hari ini